Tangis Keluarga Pecah di Sidang Kasus Penembakan Polisi: “Hukum Terdakwa hingga Mati”

Palembang, Beritafaktanews.id — Suasana haru dan duka menyelimuti Ruang Sidang Garuda, Pengadilan Militer I-04 Palembang, Senin (30/6/2025). Tangis pecah saat tiga keluarga korban penembakan yang menewaskan anggota polisi bersujud di hadapan majelis hakim, memohon agar terdakwa dijatuhi hukuman paling berat.

Mereka adalah Sasnia, istri almarhum AKP Anumerta Lusiyanto; Melda, istri dari Petrus Apriyanto; serta ibu dari M. Ghalib Surya Ganta — tiga anggota polisi yang gugur saat menjalankan tugas.

Isak tangis mengiringi kesaksian Melda yang hadir dalam persidangan. Dengan suara bergetar, ia mengisahkan detik-detik terakhir bersama suaminya sebelum tragedi merenggut nyawanya.

“Nyawa tidak bisa dibayar dengan uang. Hukum terdakwa hingga mati,” ujar Melda di hadapan hakim, sambil menahan tangis. Ucapannya disambut isak haru dari para hadirin.

Dialog Terakhir Sang Suami

Melda mengingat betul pertemuan terakhirnya dengan Petrus Apriyanto. Hari Minggu itu terasa normal seperti biasanya. Tidak ada firasat buruk. Namun keesokan harinya, Senin pagi, Petrus menerima panggilan mendadak dari rekan satuan tugas.

Sekitar pukul 14.30 WIB, ia sempat pulang sebentar ke rumah untuk berganti pakaian preman. Tanpa sempat melihat anak-anak, ia langsung pergi.

“Saat saya tanya mau ke mana, suami cuma bilang, ‘Mau gerebek sabung ayam. Di Lister S atau HTI,’” kenang Melda dengan suara lirih. Itulah percakapan terakhir mereka.

Kabar Duka Menjelang Maghrib

Menjelang waktu berbuka puasa, Melda kembali menerima telepon. Namun kali ini, bukan suaminya yang menelepon. Suara di seberang adalah rekan kerja Petrus, yang dengan berat hati menyampaikan kabar duka.

“Buk, Ibu harus ikhlas dan kuat. Almarhum Petrus sudah tidak ada, tertembak di kepala,” kata Melda, menirukan kabar yang diterimanya.

Ia mengaku syok dan tak sanggup menatap jasad sang suami. Saat jenazah dipulangkan ke kampung halaman di Belitang, ia hanya bisa mendampingi dalam diam.

“Sesampainya di Polsek, saya tidak berani melihat jasad suami saya,” ucapnya penuh duka.

Sujud di Hadapan Hakim

Persidangan berakhir dengan momen yang sangat emosional. Ketiga keluarga korban bersujud di depan majelis hakim, memohon keadilan setinggi-tingginya.

“Hukum seberat-beratnya, bahkan hukuman mati,” pinta mereka serempak.

Sidang yang penuh air mata ini menjadi gambaran nyata atas luka mendalam yang ditinggalkan oleh peristiwa tragis tersebut. Proses hukum akan dilanjutkan dalam sidang berikutnya, dengan agenda mendengarkan keterangan saksi tambahan dan tuntutan dari Oditur Militer. (Red)

Pos terkait