Jakarta, Beritafaktanews.id – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) semakin serius menggarap bisnis di luar batu bara sebagai langkah menuju ekonomi hijau. Perusahaan pelat merah ini menyiapkan strategi diversifikasi melalui dua pilar utama, yakni downstream–energi dan utilitas serta green business, guna memastikan pertumbuhan berkelanjutan.
Corporate Secretary PTBA, Niko Chandra, menegaskan bahwa langkah ini bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan mendesak.
“Kami tidak hanya melihat ini sebagai tren, tetapi sebagai keharusan untuk menjaga keberlanjutan perusahaan di masa depan,” ujarnya, Rabu (20/8).
Diversifikasi Bisnis: Dari Gasifikasi Hingga Baterai EV
Pada pilar downstream, PTBA mengembangkan sejumlah proyek strategis, antara lain:
Artificial graphite & anode sheet untuk baterai kendaraan listrik,
Asam humat untuk mendukung sektor pertanian,
Gasifikasi batu bara menjadi produk kimia seperti DME, metanol, dan amonia.
Langkah ini sekaligus mendukung kebijakan pemerintah terkait hilirisasi industri dan transisi energi nasional.
Energi Terbarukan Jadi Fokus Utama
Di sisi green business, PTBA mengembangkan berbagai proyek energi bersih, termasuk produksi wood pellet sebagai sumber biomassa ramah lingkungan. Tak hanya itu, PTBA juga aktif menggarap Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di berbagai lokasi.
Salah satu proyek terbaru adalah PLTS Timah Industri berkapasitas 303,1 kWp di Kawasan Industri Cilegon yang diresmikan 17 Juni 2025 melalui anak usaha PT Bukit Energi Investama (BEI).
PTBA juga berkontribusi pada proyek PLTS di infrastruktur vital, seperti:
AOCC Bandara Soekarno-Hatta
Jalan Tol Bali Mandara
Proyek ini tidak hanya mendukung dekarbonisasi, tetapi juga memberi manfaat bagi sektor pariwisata dan lingkungan berkelanjutan. Selain itu, PTBA turut membantu ketahanan pangan melalui PLTS irigasi untuk pengairan sawah di sekitar wilayah operasional.
Hilirisasi Batu Bara dan Baterai Kendaraan Listrik
Sejalan dengan tren elektrifikasi, PTBA mengembangkan proyek artificial graphite dan anode sheet sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik.
“Kami telah melakukan kajian tahap awal bersama BRIN, dan hasilnya menunjukkan kelayakan serta potensi pasar yang besar,” ungkap Niko.
Menurutnya, kebutuhan anode sheet di Indonesia saat ini sebagian besar masih diimpor. Dengan pesatnya pertumbuhan industri kendaraan listrik, PTBA yakin produk ini akan memiliki permintaan yang tinggi.
“Kami percaya diversifikasi ini akan menciptakan nilai jangka panjang bagi pemegang saham dan seluruh pemangku kepentingan,” tegas Niko. (Red-R12-BFN)












