Berita Faktanews//— Sebuah curhatan seorang ibu viral di media sosial usai mengungkap kejanggalan hadiah lomba yang diterima anaknya. Dalam video yang tersebar, sang ibu mengaku heran karena meski anaknya meraih juara pertama dan disebut mendapatkan hadiah Rp 2 juta, namun uang yang diterima hanya Rp 300 ribu. Peristiwa yang terjadi pada Sabtu (29/11/2025) itu langsung memantik reaksi publik.
Usai dilakukan pertemuan klarifikasi, pihak pemerintah terkait menyebut video tersebut telah di-takedown, sekaligus meredakan polemik yang sempat memanas.
Siswa Pernah Dikeluarkan dari Sekolah Gara-Gara Protes Hadiah
Kasus serupa bukan pertama kali terjadi. Di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, seorang siswa sekolah dasar berinisial JS (10) bahkan disebut pernah dikeluarkan dari sekolah hanya karena orangtuanya memprotes pemotongan hadiah lomba.
JS sebelumnya mengikuti lomba pidato bahasa Melayu tingkat provinsi di Batam. Ia berangkat bersama orangtuanya tanpa difasilitasi pihak sekolah maupun Dinas Pendidikan. Dalam lomba tersebut, JS meraih juara pertama dengan hadiah Rp 4 juta.
Namun, dari hadiah itu, orangtua JS menyebut hanya menerima Rp 1,9 juta karena dipotong pihak sekolah.
“Karena untuk menjaga adat, uangnya kami serahkan dulu ke sekolah. Istri saya diberi tahu kepala sekolah bahwa hadiah dipotong 50 persen,” ujar orangtua JS, dikutip dari akun X @MissTweet via Tribun Sumsel.
Menurutnya, sejak pergantian kepala sekolah, hadiah lomba yang diperoleh JS kerap mengalami pemotongan. Padahal sebelumnya, hadiah tak pernah dipotong.
Orangtua JS juga mengaku sempat menyampaikan ketidakikhlasan terkait pemotongan tersebut. Keesokan harinya, JS langsung dipindahkan pihak sekolah.
Viral Kompetisi Unik di China: Menang Rp 22 Juta Karena Tak Pegang Ponsel
Sementara di negara lain, tepatnya di Chongqing, China, sebuah kompetisi unik juga menjadi sorotan warganet. Seorang wanita bernama Dong berhasil memenangkan hadiah senilai Rp 22 juta hanya karena mampu bertahan delapan jam tanpa menyentuh ponsel.
Kompetisi yang digelar 29 November 2024 itu diikuti 10 peserta dari 100 pendaftar. Para peserta diwajibkan berada di tempat tidur yang disediakan, tanpa ponsel maupun perangkat elektronik lain. Mereka hanya diperbolehkan menggunakan ponsel jadul untuk keperluan darurat serta keluar maksimal lima menit untuk ke toilet.
Peserta dipantau tingkat kecemasan dan kualitas tidurnya melalui tali sensor di pergelangan tangan. Makanan dan minuman disediakan dan harus dikonsumsi di tempat tidur.
Dong memenangkan kompetisi dengan skor 88,99 setelah menjadi peserta yang paling lama bertahan, tidak tidur nyenyak, dan memiliki tingkat kecemasan terendah. Ia pun mendapat julukan “saudara perempuan piyama” di media sosial.
Kompetisi ini disebut sebagai kampanye pengurangan ketergantungan terhadap perangkat elektronik, sebuah isu yang semakin menjadi perhatian masyarakat Tiongkok.
(R01-R12-BFN)












