Jakarta, Beritafaktanews.d – Seorang wartawan CNN Indonesia kehilangan akses liputan di lingkungan Istana Kepresidenan usai mengajukan pertanyaan terkait kasus keracunan massal program Makan Bergizi Gratis (MBG) kepada Presiden Prabowo Subianto.
Reporter CNN, Diana Valencia, sempat bertanya langsung kepada Presiden di Halim Perdanakusuma mengenai kasus keracunan makanan MBG. Namun, tak lama setelah momen tersebut, Biro Pers, Media, dan Informasi (BPMI) Setneg mencabut kartu identitas liputannya di Istana.
Malam harinya, Diana menyampaikan perpisahan di grup WhatsApp wartawan istana. “Saya bukan wartawan istana lagi,” tulisnya dengan nada getir.
Ribuan Siswa Jadi Korban
Kasus keracunan MBG terus menuai sorotan publik. Di Bandung Barat, lebih dari 300 siswa dilaporkan tumbang. Di Banggai, sekitar 250 siswa mengalami gejala serupa.
Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat sedikitnya 6.452 siswa menjadi korban hingga September 2025. Sementara itu, kajian INDEF menunjukkan lebih dari 4.000 siswa keracunan sepanjang delapan bulan program berjalan.
Meski demikian, Presiden Prabowo sebelumnya menyebut jumlah korban hanya “di bawah 200 orang”. Pernyataan ini menimbulkan pertentangan karena dianggap tidak sejalan dengan data lapangan.
Dewan Pers Angkat Bicara
Pencabutan kartu pers CNN Indonesia mendapat respons dari Dewan Pers. Lembaga itu menilai tindakan istana berpotensi menghambat kerja jurnalistik dan mengancam kemerdekaan pers.
“Biro Pers Istana sebaiknya memberikan penjelasan mengenai pencabutan ID Card wartawan CNN Indonesia agar tidak menghambat pelaksanaan tugas jurnalistik,” tegas Dewan Pers dalam keterangan resminya.
Dewan Pers juga meminta agar akses wartawan CNN Indonesia dipulihkan dan mengingatkan agar kritik tidak dibungkam hanya karena dianggap tidak menyenangkan.
Istana Janji Cari Solusi
Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, menegaskan pemerintah sedang mencari jalan keluar. “Kami cari jalan keluar terbaik,” ujarnya singkat.
Sementara itu, sejumlah dapur penyedia MBG ditutup sementara untuk investigasi. Pihak kepolisian juga turun tangan melakukan penyelidikan terkait dugaan kelalaian dalam penyediaan makanan.
Kritik Publik
Publik menilai kasus ini menunjukkan ironi. Di satu sisi, ribuan siswa masih sakit akibat program MBG, namun di sisi lain, wartawan yang mengajukan pertanyaan justru kehilangan akses liputan.
Sejumlah pengamat menilai tindakan itu berpotensi mencederai demokrasi. “Bakteri dalam nasi kotak bisa diisolasi, tapi pertanyaan wartawan jangan sampai ikut dikunci,” ujar seorang aktivis pendidikan.
(R01-R12-BFN)
Publis : Per .Berita Fakta News.












