banner 728x250 banner 728x250
banner 728x250
Berita  

Dari Sawahlunto ke Dunia: Madu Galo-Galo Cupiang Menembus Pasar Global

Dari Sawahlunto ke Dunia: Madu Galo-Galo Cupiang Menembus Pasar Global

banner 120x600
banner 468x60

SAWAHLUNTO, Beritafaktanews.id – Di tengah geliat pemberdayaan ekonomi lokal dan pelestarian lingkungan, kisah sukses Madu Galo-Galo Cupiang menjadi teladan nyata bahwa usaha mikro berbasis alam mampu menjangkau pasar nasional bahkan internasional.

Usaha ini dirintis oleh Hery Setiawan, warga Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, sejak tahun 2016. Berawal dari kepedulian terhadap potensi alam lokal dan semangat pelestarian, ia membudidayakan lebah tanpa sengat (Trigona sp.)—yang dikenal masyarakat setempat sebagai “galo-galo”.

banner 325x300

Nama Cupiang sendiri berasal dari istilah lokal untuk beruang madu, yang menggambarkan kekuatan, ketekunan, dan hubungan erat dengan alam.

Madu Bernilai Tinggi, Diproses Alami

Budidaya lebah kelulut ini menghasilkan beragam produk unggulan seperti madu, propolis, dan bee pollen. Semuanya diproses secara alami, higienis, dan ramah lingkungan.

Madu galo-galo dikenal mengandung fenolik dan antioksidan tinggi, dengan rasa asam-manis khas karena disimpan dalam kantung propolis—memberikan manfaat kesehatan yang luar biasa.

Dukungan Rumah BUMN: Titik Balik Kesuksesan

Tahun 2020 menjadi titik balik saat Hery bergabung sebagai mitra binaan Rumah BUMN Sawahlunto dan PT Bukit Asam Tbk. Sejak itu, usahanya mendapat dukungan penuh mulai dari pelatihan manajemen usaha, permodalan, pengemasan produk, hingga promosi dan pemasaran.

“Dari awal kami dibantu untuk tumbuh. Kami diajak ikut pameran nasional hingga internasional. Itu membuka wawasan dan memperluas pasar,” ungkap Hery.

Kini, produk Madu Galo-Galo Cupiang telah menjangkau pasar ke berbagai wilayah Indonesia seperti Bali dan Kalimantan, bahkan mulai diekspor ke Malaysia, meski dalam volume terbatas.

4G: Galo-Galo Go Global

Dengan slogan 4G – Galo-Galo Go Global, Hery tak berhenti berinovasi. Bersama timnya, ia mengembangkan produk turunan seperti:

Sabun & sampo propolis

Balsem herbal & masker wajah

Kopi propolis

Madu saset & madu premium

Bee pollen bahkan dimanfaatkan untuk produk kosmetik alami seperti sabun dan masker, menyasar pasar konsumen yang peduli kesehatan dan kealamian.

Dalam satu periode panen (sekitar 1,5 bulan), omzet usaha ini bisa mencapai Rp56 juta. Sebuah angka yang membuktikan potensi besar UMKM berbasis alam bila dikelola secara profesional.

Ekonomi Lokal & Pelestarian Alam Berjalan Seiring

Lebih dari sekadar bisnis, Madu Galo-Galo Cupiang membawa semangat keberlanjutan. Selain menjadi sumber ekonomi, budidaya lebah kelulut juga berfungsi sebagai upaya pelestarian ekosistem dan edukasi lingkungan kepada masyarakat sekitar.

Hery juga mendorong pemanfaatan hasil hutan bukan kayu sebagai bagian dari penguatan ekonomi desa tanpa merusak alam.

PT Bukit Asam Tbk melalui Rumah BUMN Sawahlunto melihat inisiatif ini sebagai bagian penting dari program pengembangan UMKM berkelanjutan, dengan visi menjadikan pelaku usaha kecil mampu tumbuh, mandiri, dan bersaing di pasar global.

Inspirasi dari Kota Tambang

Dari sebuah kota tambang tua yang kaya sejarah, kisah Madu Galo-Galo Cupiang menunjukkan bahwa produk lokal yang digarap dengan serius, ramah lingkungan, dan inovatif bisa meraih panggung dunia.

“Kami yakin, dari Sawahlunto, kami bisa mendunia.”
— Hery Setiawan, Founder Cupiang (Red)

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *