Banda Aceh, Beritafaktanews.id — Dua dekade sudah berlalu sejak penandatanganan Kesepakatan Damai Helsinki antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tahun 2005. Momen bersejarah itu diperingati lewat Diskusi Internasional “Refleksi Perdamaian Aceh” di Aula Meuseuraya, Banda Aceh, Jumat (15/8).
Acara yang digagas Sekretariat Bersama (Sekber) Aceh ini mempertemukan seluruh pemangku kebijakan kunci di Aceh, termasuk Gubernur Aceh Muzakir Manaf, Ketua Sekber Aceh Muallem Dekfadh, Muhammad Kusyasyi (Pangeran Muda), Ketua Tim Milenial Yuswadi Aceh, serta jajaran TNI-Polri dan mitra internasional.
“Dari medan perang, kami bangun Aceh menjadi laboratorium perdamaian dunia,” tegas Gubernur Muzakir Manaf dalam pidatonya.
Sementara itu, Ketua Sekber Aceh, Muallem Dekfadh, mengajak semua pihak mengevaluasi tiga pilar perdamaian:
1. Reintegrasi eks-kombatan,
2. Otonomi khusus,
3. Penguatan ekonomi berbasis syariah.
Dimensi Global
Dukungan dunia internasional juga terus mengalir. Perwakilan UNDP dan HD Centre, lembaga mediator damai Helsinki, menyebut Aceh sebagai best practice resolusi konflik yang patut dicontoh dunia.
Komitmen global semakin nyata dengan hadirnya:
Dana Perdamaian ASEAN untuk pelatihan pemuda di bidang ekonomi digital,
Program UNESCO pelestarian manuskrip Aceh sebagai Memory of the World,
Kemitraan Uni Eropa dalam pengembangan industri halal di Sabang.
Refleksi Dua Dekade
Diskusi ini juga menyoroti capaian sekaligus tantangan:
Politik: partisipasi eks-GAM di parlemen dan fragmentasi partai lokal,
Ekonomi: pertumbuhan 5,2% pada 2024, namun masih ada kesenjangan desa-kota,
Sosial: reintegrasi 3.000 eks-kombatan serta penyelesaian sengketa lahan.
Pangdam Iskandar Muda, Mayjen TNI Niko Fahrizal, M.Tr (Han), dan Wakapolda Aceh Brigjen Pol. Ari Wahyu Widodo menegaskan pentingnya sinergi keamanan pro-rakyat (civil security) sebagai pondasi pembangunan Aceh.
Ucapan Syukur
Mengakhiri acara, Ketua Sekber Aceh Muallem Dekfadh menyampaikan terima kasih kepada seluruh rakyat Aceh serta relawan yang selama dua dekade menjaga perdamaian.
“Perjalanan ini bukan hanya sejarah, tapi fondasi menuju peradaban maju Aceh di masa depan, bersama kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh,” ujarnya. (Yus/Red)