Nagekeo, Beritafaktanews.id,Dugaan kasus kekerasan dalam kesatuan TNI kembali mencuat. Kali ini menimpa Prada Lucky Chepril Saputra Namo, prajurit Yonif Teritorial Pembangunan 834/Wakanga Mere (Yonif TP/834/WM) yang menghembuskan napas terakhir pada Rabu (6/8/2025) pukul 11.23 Wita di ICU RSUD Aeramo.
Sebelum meninggal, Prada Lucky sempat mengalami muntah-muntah hebat dan kritis hingga harus dirawat intensif. Pihak keluarga menyebut korban mengalami gagal ginjal dan kerusakan paru-paru akibat dugaan penyiksaan berulang yang dilakukan para seniornya.
Kabur dari Satuan, Dijemput Kembali, Disiksa Lagi
Menurut ibunda korban, Epi Seprina Mirpey, sebelum kejadian, Lucky sempat kabur ke rumah ibu angkatnya di Nagekeo. Saat itu ia melakukan video call kepada sang ibu dan menceritakan secara gamblang apa yang dialaminya.
“Dia datang ke rumah mama angkatnya dengan luka di sekujur tubuh. Mama angkatnya sempat kompres dan kasih minyak. Saat video call, Lucky bilang kalau dia dipukul dan dicambuk sama Bamak (Batalyon Markas) dan Dasi (Komandan Satuan) Intel. Dia bilang, ‘Mama tolong, mama’,” tutur Epi dengan suara bergetar.
Namun tak lama berselang, perwira di satuannya menghubungi keluarga dan meminta Lucky kembali ke markas. Begitu dijemput, menurut Epi, putranya kembali mendapat perlakuan kasar hingga kondisinya memburuk.
Rangkaian Kekerasan di Dalam Markas
Berdasarkan laporan internal yang ditujukan kepada Asintel Kasdam IX/Udayana, kekerasan terhadap Lucky bermula pada Minggu (27/7/2025) saat ia dan Prada Ricard Junimton Bulan menjalani pemeriksaan oleh Staf-1/Intel. Diduga saat itu keduanya dipukul dan dicambuk hingga Lucky kabur ke rumah ibu angkatnya keesokan paginya.
Pada Senin (28/7/2025) sekitar pukul 10.45 Wita, tim pencarian yang dipimpin Danki A menemukan Lucky di rumah ibu asuhnya, Iren. Ia lalu dibawa kembali ke markas oleh Sertu Thomas Desambris Awi, Sertu Daniel, Serda Lalu Parisi S. Ramdani, dan Pratu Fransisco Tagi Amir.
Pukul 11.05 Wita, di kantor Staf-1/Intel, beberapa senior Lucky datang membawa selang dan memukulinya secara bergantian. Setelah itu, Lucky dan Ricard dimasukkan ke sel tahanan. Di dalam sel, keduanya kembali dianiaya oleh empat senior mereka: Pratu Petris Nong Brian Semi, Pratu Ahmad Adha, Pratu Emanuel De Araojo, dan Pratu Aprianto Rede Raja.
Akhir Tragis di ICU
Sabtu (2/8/2025), Ricard mengalami demam, sementara Lucky muntah-muntah hebat. Keduanya dibawa ke Puskesmas Kota Danga. Ricard diizinkan pulang, sedangkan Lucky dirujuk ke RSUD Aeramo karena hemoglobin rendah. Kondisinya terus memburuk hingga masuk ICU.
Empat hari kemudian, Prada Lucky Chepril Saputra Namo dinyatakan meninggal dunia. Pihak keluarga menilai kematian ini bukan sekadar insiden kekerasan biasa, melainkan pembunuhan terencana.
“Kalau hanya tempeleng, saya masih bisa terima. Tapi ini bukan pukul, ini pembunuhan yang direncanakan,” tegas Epi Mirpey.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Yonif TP/834/WM belum memberikan keterangan resmi terkait kasus ini. (Red-R12-BFN)