Jakarta, Beritafaktanews.id – Program hilirisasi kembali menjadi perbincangan hangat di kalangan ekonom dan pemerhati industri nasional. Dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku menjadi produk jadi, sehingga mampu memajukan perekonomian bangsa secara signifikan.
Hilirisasi bukan hanya tentang menambah nilai ekonomi, tetapi juga menjadi momentum penting dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Proses pengolahan bahan mentah menjadi produk bernilai tinggi mendorong kreativitas, inovasi, serta peningkatan keterampilan teknis tenaga kerja Indonesia.
Lebih jauh lagi, meluasnya distribusi dan produksi produk hasil hilirisasi membuka peluang besar untuk meningkatkan profit perusahaan, menambah devisa negara, serta memberikan kesejahteraan yang lebih merata kepada masyarakat Indonesia.
Aksi Nyata Hilirisasi: PT Bukit Asam Tbk sebagai Contoh Strategis
Salah satu aksi konkret program hilirisasi saat ini datang dari PT Bukit Asam Tbk. Perusahaan ini telah menyiapkan alokasi sebesar 563 juta ton produksi batu bara untuk mendukung program hilirisasi nasional.
Produksi tersebut akan difokuskan pada pengembangan produk turunan seperti Dimetil Eter (DME), Synthetic Natural Gas (SNG), Metanol, dan Amonia, yang seluruhnya memiliki nilai ekonomi tinggi serta mendukung ketahanan energi nasional.
Dalam rapat kerja bersama Komisi VII DPR RI pada Rabu, 16 Juli 2025, Direktur Utama PT Bukit Asam, Arsal Ismail, menyatakan:
“Ini merupakan upaya strategis untuk menciptakan nilai tambah nasional sekaligus menjaga keberlanjutan dan kelayakan usaha jangka panjang perusahaan.”
Pernyataan tersebut menjadi penegasan komitmen Bukit Asam dalam mendukung kebijakan hilirisasi sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi jangka panjang.
Cadangan Besar dan Fokus Wilayah Hilirisasi
PT Bukit Asam saat ini memiliki sumber daya batu bara sebesar 5,77 miliar ton, dengan cadangan mencapai 2,93 miliar ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 563 juta ton akan difokuskan untuk proyek hilirisasi di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
Selain itu, proyek serupa juga direncanakan di Peranap, Riau, dengan memanfaatkan cadangan batu bara berkalori rendah sebanyak 2.795 ton, yang sebelumnya belum dioptimalkan.
Langkah ini diyakini akan menciptakan nilai baru dari batu bara, baik dari sisi kualitas produk maupun performa ekonomi jangka panjang.
Pemanfaatan Batu Bara dan Jalur Teknologi
Batu bara selama ini telah menjadi sumber energi utama dalam pembangkit listrik nasional, serta dimanfaatkan untuk berbagai sektor industri, seperti semen, pupuk, dan smelter.
Ke depan, PT Bukit Asam akan lebih fokus pada pengembangan teknologi gasifikasi batu bara sebagai jalur utama hilirisasi. Teknologi ini memungkinkan konversi batu bara menjadi gas sintetis yang dapat diolah menjadi berbagai produk kimia dan energi bersih.
Program hilirisasi yang dijalankan PT Bukit Asam menjadi contoh nyata bagaimana kekayaan alam Indonesia dapat dimanfaatkan secara optimal. Dengan dukungan penuh terhadap hilirisasi, Indonesia tidak hanya bertransformasi menjadi negara industri yang mandiri, tetapi juga mampu menciptakan masa depan ekonomi yang lebih berkelanjutan, sejahtera, dan berdaya saing tinggi di kancah global. (Red)