banner 728x250 banner 728x250

TRAGEDI KUALA BATU 1832 Saat Amerika Menyamar Jadi Belanda dan Menyerang Aceh

Penyerangan Mendadak oleh USS Potomac di Pagi Buta, Ratusan Warga Kuala Batu Tewas.

Jakarta,Beritafaktanews.id – Sebuah episode kelam dalam sejarah hubungan internasional Indonesia terungkap kembali dari dokumen dan kajian sejarah terbaru. Pada 6 Februari 1832, kapal perang Amerika Serikat USS Potomac melancarkan serangan mendadak ke pemukiman Kuala Batu, wilayah Aceh, dengan menyamar sebagai kapal dagang Belanda.

Serangan itu dilancarkan atas perintah langsung Presiden Amerika saat itu, Andrew Jackson, menyusul insiden penyerangan kapal dagang AS Friendship oleh warga Kuala Batu setahun sebelumnya. Perintah kepada Kapten John Downes jelas: lakukan tindakan militer bila perlu.

Siaga Tempur dari Brasil

Kapten John Downes, komandan tangguh Angkatan Laut AS, kala itu sedang berlayar di perairan Brasil. Ia menerima pesan langsung dari Gedung Putih: siaga tempur atas serangan terhadap kapal dagang AS. Downes lalu memuat 300 tentara dan sejumlah meriam ke dalam USS Potomac, dan berlayar ribuan kilometer menuju perairan Hindia Timur.

Namun Downes sadar, memasuki perairan Aceh dengan bendera AS akan memicu perlawanan. Maka ia menyusun siasat: menutupi meriam, menyembunyikan atribut militer, dan menyamar sebagai kapal dagang Belanda.

Strategi Licik di Tanah Merdeka

Perlu dicatat, saat itu Aceh adalah kerajaan berdaulat dan tidak tunduk pada Belanda. Bahkan Kesultanan Aceh menjalin hubungan resmi dengan Kerajaan Inggris dan Kesultanan Ottoman.

Begitu merapat di Kuala Batu, pasukan AS turun ke darat dengan dalih berdagang. Mereka justru memetakan posisi benteng dan menculik warga lokal sebagai strategi pengintaian. Beberapa jam sebelum fajar 6 Februari 1832, Downes memberi komando serangan.

Tiga benteng Kuala Batu berhasil direbut dalam waktu kurang dari tiga jam. Sekitar 80 hingga 100 warga tewas, meskipun sejumlah laporan menyebut jumlah korban sipil mencapai 500 orang, termasuk perempuan dan anak-anak. Tentara AS hanya kehilangan dua prajurit.

Dikecam Dunia, Tapi Diredam Gedung Putih

Awalnya media AS seperti New York Observer (7 Juli 1832) memuji keberhasilan Downes. Namun setelah laporan brutalnya serangan dan taktik tipu muslihat terungkap, gelombang kecaman muncul. AS dituduh melakukan kejahatan perang—penyamaran, penyerangan tanpa peringatan, dan pembantaian sipil.

Sejarawan Farish A. Noor menyebut tindakan itu sebagai bentuk kebiadaban militer modern awal, yang membentuk preseden kelam intervensi AS di kawasan Asia.

Namun Presiden Jackson berhasil menutup kasus secara politik. Media dikendalikan, opini publik diredam.

Warga Aceh Tak Sepenuhnya Salah

Sejarawan Robert Booth, dalam buku Death on an Empire (2011), menjelaskan bahwa insiden terhadap kapal Friendship justru dipicu oleh kecurangan pedagang AS sendiri. Warga Aceh marah karena ditipu dalam perdagangan lada. Ketika kemarahan memuncak, kapal Friendship jadi sasaran.

Ironisnya, serangan balasan AS justru membuka jalan bagi ambisi kolonial Belanda di Aceh. Beberapa dekade kemudian, Belanda memulai invasi militer, dan meletuslah Perang Aceh yang berdarah dan berlangsung puluhan tahun.

Tragedi Kuala Batu menjadi pengingat kelam bahwa kekuatan militer dan diplomasi dagang, jika tidak dikendalikan oleh etika, bisa berubah menjadi bencana kemanusiaan. Sejarah Aceh mencatat luka yang dalam, dan dunia patut mengingat peristiwa ini sebagai pelajaran penting dalam hubungan antarbangsa.
Izin tayangkan (Red)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *