Jakarta, Beritafaktanews.id — Maskapai penerbangan nasional PT Garuda Indonesia kembali menjadi sorotan publik setelah muncul dugaan praktik penyelewengan jabatan dan rekrutmen karyawan yang tidak sesuai dengan ketentuan. Dugaan ini menyeruak setelah beredarnya informasi mengenai sejumlah figur dari kompetitor yang kini menempati posisi penting di dalam tubuh Garuda, termasuk orang-orang yang memiliki kedekatan personal dengan manajemen tertinggi.
Isu ini bermula dari penunjukan Wamildan Tsani Panjaitan sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia oleh Kementerian BUMN. Wamildan diketahui sebelumnya menjabat sebagai Pelaksana Tugas Direktur Utama di Lion Air Group, kompetitor utama Garuda. Publik mempertanyakan logika di balik penunjukan tersebut, terutama karena rekam jejak Wamildan di Lion Air disebut tidak mencerminkan keberhasilan yang signifikan.
Namun yang paling mengundang perhatian adalah langkah Wamildan membawa sejumlah orang dari Lion Air Group ke Garuda Indonesia. Beberapa dari mereka kini menjabat sebagai pejabat tinggi, seperti Darsito yang diangkat menjadi Direktur Utama Citilink dan Bobi sebagai Direktur GMF AeroAsia. Selain itu, sejumlah nama lain diketahui menempati posisi Vice President hingga staf-staf pribadi yang ditugaskan di luar prosedur resmi.
Data yang beredar juga mengungkap adanya potensi praktik nepotisme. Misalnya, seorang bernama Evlin disebut memiliki hubungan keluarga dengan Wamildan, namun tetap direkrut dan ditempatkan dalam struktur perusahaan. Selain itu, muncul juga nama Vica yang disebut-sebut bekerja sebagai asisten pribadi istri Dirut namun digaji menggunakan fasilitas perusahaan. Penempatan ini disahkan oleh pejabat Human Capital Garuda, Enny Kristiani, meskipun tidak sesuai prosedur rekrutmen BUMN.
Kondisi ini dinilai sebagai bentuk penyimpangan terhadap prinsip akuntabilitas dan profesionalisme yang selama ini digaungkan oleh Kementerian BUMN. Bahkan, di kalangan internal muncul kekhawatiran bahwa Garuda sedang mengalami proses “lionisasi” — yaitu transformasi budaya kerja dan struktur organisasi Garuda menjadi serupa dengan Lion Air Group, yang memiliki pendekatan manajemen berbeda.
Salah satu kasus mencolok lainnya adalah nama Heri, yang disebut-sebut menjadi calon kuat Direktur Operasi. Heri diketahui sering berpindah-pindah antara Garuda dan Lion Air tergantung pada kondisi perusahaan. Perjalanan kariernya menimbulkan pertanyaan soal loyalitas dan motivasi di balik rekrutmen kembali ke dalam manajemen Garuda.
Berbagai elemen di internal Garuda, termasuk Asosiasi Pilot Garuda (APG), telah menyampaikan keresahan terhadap situasi ini. Mereka menyerukan perlunya audit dan evaluasi menyeluruh terhadap proses perekrutan, promosi jabatan, serta konflik kepentingan yang mungkin terjadi di lingkungan kerja Garuda.
Jika praktik-praktik seperti ini terus dibiarkan, bukan hanya integritas institusi Garuda yang terancam, tetapi juga kepercayaan publik serta keberlangsungan bisnis maskapai nasional yang telah berdiri puluhan tahun. (ril)